Sunday, 17 November 2013
Kisah Miqdad bin ‘Amr
Penunggang Kuda Pertama di Jalan Allah
Ketika diminta pendapat mereka tentang Miqdad bin ‘Amr, para sahabat Rasul biasanya akan berkata, “Orang yang pertama memacu kudanya dalam perang sabil adalah Miqdad bin ‘Amr.”
Bukan dalam hal perang saja Miqdad mendapat urutan pertama, ia juga menjadi anggota kelompok pertama orang – orang yang memeluk Islam. Miqdad adalah orang ke-7 yang memeluk Islam dan ia menanggung semua kemurkaan dan kekejaman Quraisy dengan sikap seorang satria.
Jumlah Kaum muslimin masih sedikit ketika Perang Badar akan meletus. Rasulullah Saw ingin menguji para sahabatnya dalam menghadapi perang, karena perang adalah pengorbanan yang luar biasa. Maka beliau sengaja mengumpulkan para sahabat dan menanyakan pendapat mereka. Saat itu Abu Bakar yang pertama bicara dengan kata – kata yang baik sekali. Lalu Umar bin Khattab bicara dengan perkataan yang tidak kalah baiknya. Menyusul kemudian Miqdad yang bicara.
Katanya, “Ya Rasulullah, teruslah melaksanakan apa yang dititahkan Allah dan kami akan bersama Anda. Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa, ‘Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah, sedang kami akan duduk menunggu di sini’. Tetapi kami akan mengatakan kepada Anda, ‘Pergilah Anda bersama Tuhan Anda dan berperanglah, sementara kami ikut berjuang di samping Anda. Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran. Seandainya Anda membawa kami melalui lautan lumpur, kami akan berjuang bersama Anda dengan tabah hingga mencapai tujuan dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan kiri Anda, di depan dan di belakan Anda, sampai Allah memberi Anda kemenanngan.”
Seperti ucapan Abu Bakar dan Umar, kata – kata Miqdad bin ‘Amr pun mencapai sasaran di hati Kaum Muslimin. Wajah Rasulullah berseri – seri dan mendoakan kebaikan untuk Miqdad.
Dalam Perang Badar, anggota pasukan Islam yang berkuda tidak lebih dari 3 orang, yaitu : Miqdad bin ‘Amr, Martsad bin Abi Martsad dan Zubair bin Awwam.
Rasulullah saw pernah mengangkat Miqdad bin ‘Amr menjadi Amir (pemimpin) di suatu daerah. Tatkala Miqdad telah menyelesaikan tugasnya, Rasulullah Saw bertanya padanya, “Bagaiman pendapatmu tentang pekerjaanmu menjadi Amir?” Miqdad menjawab, “Ya Rasulullah, Anda telah menjadikan daku menganggap diriku sendiri berada di atas semua manusia, demi yang telah megutus Anda membawa kebenaran, semenjak saat ini saya tak berkeinginan menjadi pemimpin sekalipun dua orang buat selama – lamanya.”
Abdullah bin Mas’ud, seorang sahabat besar, mengatakan, “Saya telah menyaksikan perjuangan Miqdad sehingga saya lebih suka menjadi sahabatnya daripada memiliki segala isi bumi ini.”
Sumber : facebook/Kisah nabi dan sahabat